HUBUNGAN
ANTARA AKTIVITAS MEMBACA MAJALAH WANITA DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN PRODUK
KOSMETIK OLEH REMAJA PUTRI
A.
Latar Belakang Masalah
Media penyampaian informasi
mengalami perkembangan yang sangant pesat. Hal tersebut nampak dari makin
beragamnya media yang digunakan oleh masyarakat untuk memperoleh informasi.
Media massa merupakan salah satu media massa yang mampu menjangkau masyarakat
luas, memegang peranan penting dalam proses pembentukan masyarakat. Setiap hari
kita diterpa oleh berbagai macam informasi yang disampaikan melalui media
massa. Secara langsung maupun tidak langsung informasi yang disampaikan oleh
media massa tidak terhindarkan lagi diterima oleh masyarakat.
Salah satu media massa yang saat ini
berkembang dikalangan para wanita khususnya remaja putri adalah majalah wanita.
Sekarang ini banyaknya jenis majalah yang berdar di masyarakat mampu memberikan
penafsiran yang berbeda pada tiap masyarakat, kemudian dapat mempengaruhi cara
pandang dan gaya hidup khususnya para remaja putri. Salah satu yang menjadi
kebutuhan wanita khusunya remaja putri adalah kosmetik. Kosmetik dan wanita
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya majalah wanita yang ditawarkan sebagai bahan referensi kaum wanita
dalam memilih mode dan gaya hidup.berbagai majalah dengan bergaia konten dan
isi yang berbeda sekarang ini banyak sekali menyebar di masyarakat. Salah
satunya adalah majalah yang menyajikan berbagai pernak-pernik kebutuhan wanita.
Kosmetik adalah bagian dari salah satu isi konten dalam majalah wanita yang
digemari para kaum wanita.
Majalah wanita mampu memberikan
pengaruh peran dalam pemaknaan pesan, penyampaian informasi, fakta maupun
budaya masyarakat dari penyampai berita kepada masyarakat. Informasi yang seakan
tak terbatas, disampaikan dan dirangkum sedemikian rupa dalam konten isi
majalah wanita khususnya iklan kosmetik yang ditawarkan.
B.
Rumusan Masalah
Media massa dan peremouan adalah dua
hal yang hampir selalu berkaitan dan akan sangat terasa dalam pembahasan
mengani representasi perempuan dalam media massa. Pada umumnya penggambaran
perempuan dalam media massa diwarnai oleh berbagai macam pencitraan dengan
perempuan cantik. Hal tersebut dapat dilihat dari tayangan iklan yang banyak
menampilkan perempuan hanya dari penampilan fisik mereka. perempuan disudutkan
dengan anggapan dan standar perempuan cantik yang dianggap idela dalam
masyarakat (Melliana, 2006).
Kemudian perlukah diketahui apakah
iklan-iklan kosmetik dalam majalah wanita tersebut mampu menimbulkan sutau
penggunaan produk kosmetik pada khalayaknya atau tidak. Tanggapan khalayak pada
penelitian ini hanya akan dibatasi pada remaja putri. Selain itu penelitian ini
menfokuskan pada iklan kosmetik di majalah, mengingat sekarang ini banyak sekali
majalah yang berdar dan menawarkan kosmetik yang dikemas dengan sedemikian
rupa.
Kemudian yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana
hubungan antara aktivitas membaca majalah wanita dengan tingkat penggunaan
kosmetik pada remaja putri?
C.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu
menambah pengetahuan penulis mengenai hubungan antara konten isi iklan ksometik
dalam majalah wanita dan penggunaan produk kosmetik oleh remaja putri.
Karakteristik remaja putriserta pola, intensitas dan aktivitas yang dilakukan
remaja putri mampu mengambarkan sejauh mana iklan kosmetik di majalah mampu
mempengaruhi remaja putri unruk menggunakan produk kosmetik yang ditawarkan
kepada mereka.
Kegunaan bagi peneliti lain adalah
sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian mengenai iklan kosmetik dengan
penggunaan produk kosmetik selanjutnya. Sedangkan bagi pembaca, khususnya
remaja putri diharapkan mampu menjadi cerminan akan adanya pengaruh media massa
khususnya dalam hal ini adalah majalah wanita dalam mempengaruhi penggunaan
produk-produk kosmetik yang ditawarkan.
Selanjutnya penelitian ini akan
berguna bagi pihak-pihak yang bergerak dibidang produksi suatu produk maupun
bidang periklanan serta penerbit majalah sebagai media yang mencetak iklan pada
majalah. Pihak produsen tidak hanya mementingkan aspek komersil saja, tetapi
mampu memproduksi produk kecantikan dengan manfaat dan kualitas yang sesuai dan
tepat. Pihak penerbit majalah agar dapat mampu membantu menyampaikan
nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca majalah wanita, khususnya remaja
putri.
D.
Telaah Pustaka
1.
Proses dan Efek Komunikasi Massa
Komunikasi adalah suatu proses
berbagi (sharing process) informasi, ide atau sikap antara
seseorang dengan orang lain dengan maksud untuk menumbuhkan suatu kebersamaan (communness), sehingga pemberi pesan komunikasi
(komunikator) atau penerima pesan komunikasi (komunikan) memiliki pengertian
(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu (Schramm, 1971). Komunikasi massa
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Tan dan
Wridht, dalam Liliweri, 1992).
Menurut Nurudin (2007), komunikasi
massa memiliki beberapa ciri umum yaitu: komunikator melembaga, komunikan
bersifat heterogen,
pesannya
bersifat umum, komunikasinya berlangsung satu arah, komunikasi menimbulkan
keserempakan, penyebaran pesan dikontrol oleh gatekeeper. Selanjutnya, Nurudin (2007) menjelaskan
mengenai beberapa fungsi dari komunikasi massa terkait dengan adanya media
massa sebagai berikut:
a
Memberikan
informasi khususnya berita-berita yang disajikan, dimana seiring perkembangan
zaman, menjadi semakin kompleks dan memberikan makna terhadap
peristiwa-peristiwa secara multidimensi dan mengungkap latar belakang
peristiwa.
b
Fungsi
persuasi atau mengajak khalayak, dimana menurut Josep A. DeVito, dalam
Nurudin (2007),
persuasi bisa datang dari berbagai bentuk: (a) mengukuhkan atau memperkuat
sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (b) mengubah sikap, kepercayaan, atau
nilai seseorang; (c) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan (d)
mengenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.
c
Fungsi
transmission of values (penyebaran nilai-nilai) yaitu suatu sosialisasi yang mengacu
kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media
mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.
Televisi berpotensi mewujudkan sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) bagi
pemirsanya (Karlinah, dalam Nurudin, 2007).
2.
Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa
Media
massa yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai), memainkan peran
penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan. Media massa melalui
presentasi selektif dan penekanan pada tema-tema tertentu menciptakan kesan di
antara para khalayaknya dan mampu membentuk stereotipe seksual kita dan citra
anggota khalayak terutama yang menyangkut materialisme dan konsumerisme (Fleur,
dalam Severin
dan Tankard Jr, 1992). Majalah sebagai salah satu media massa cetak menyampaikan
suatu studi yang terkait dengan teks, khalayak, dan makna. Majalah mampu memberikan
pengaruh peran dalam pemaknaan pesan dalam penyampaian informasi, fakta maupun
budaya masyarakat dari penyampai berita kepada masyarakat itu sendiri. Majalah
mampu menjadi media yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
3.
Iklan Majalah Wanita
Menurut Kasiyan (2008), iklan adalah
pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual dan
dipasang di dalam media massa, seperti surat kabar dan majalah. Iklan meliputi
tiga bentuk utama, yaitu iklan komersial, layanan masyarakat, dan iklan promo: Pertama, iklan komersial yaitu iklan yang
semata-mata ditujukan untuk kepentingan komersial dengan harapan bilamana iklan
tersebut ditayangkan, maka produsen akan memperoleh keuntungan komersial. Kedua, iklan layanan masyarakat yaitu iklan yang
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan tidak untuk
memperoleh keuntungan komersial. Ketiga, iklan promo yaitu iklan yang berisi
pesan-pesan yang biasanya dibuat oleh pengelola televisi untuk mempromosikan
program-program acara stasiun televisi agar khalayak tertarik menonton acara
yang akan ditayangkan. Iklan memiliki maksud untuk mendorong serta membujuk
atau mempersuasi kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan.
Dampak negatif iklan bagi pertumbuhan masyarakat dan ekonomi terkait
dengan penyalahgunaan pemasaran dengan tindakan yang
berpangkal pada penggunaan iklan
(Kasali, 1992). Bentuk iklan-iklan
tersebut, salah satunya iklan produk kosmetik, menjerumuskan
pola pikir dan pemahaman masyarakat pada ideologi kebudayaan yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa dan memungkinkan terciptanya sikap konsumtif yang berlebihan, serta tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat golongan
tertentu. Salah satu golongan dalam masyarakat tersebut adalah
golongan remaja, khususnya
remaja putri. Proses pencarian
identitas diri berikut usaha untuk independen dalam diri seorang remaja, khususnya remaja putri, menjadikan mereka rentan terhadap
berbagai pengaruh lingkungan, termasuk iklan yang
menggambarkan bahwa cantik itu penting dalam
pergaulan, atau pula digambarkannya citra kecantikan dengan ukuran tertentu seperti kulit putih, rambut lurus, dan semacamnya.
4.
Penggunaan Kosmetik Oleh Remaja Putri
Istilah
kosmetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kosmetikos yang artinya terampil berdandan. Tujuan
berdandan itu sendiri adalah untuk memenuhi hasrat manusiawi seseorang yang
ingin tampil menarik dan cantik. Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk
dapat tampil cantik dan menarik, salah satunya adalah dengan menggunakan produk
kosmetik. Definisi kosmetika menurut UU Periklanan Nomor 24 tahun 1997, adalah
campuran bahan-bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan,
atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dan digunakan pada badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah
rupa dan tidak termasuk golongan obat.
Menurut Murti (2003), jenis kosmetik terdiri dari beberapa seri dengan kegunaannya
masing-masing, antara lain adalah untuk: (1) seri perawatan wajah, terdiri dari
bedak muka, baik yang berupa bedak padat maupun bedak tabur, susu pembersih muka,
astringent, alas bedak, maskara, lipstick, lipgloss/lipbalm,
pensil alis, eye shadow, pemerah pipi (blush on); (2) seri
perawatan tubuh, terdiri dari sabun mandi, baik yang berupa sabun cair maupun
sabun padat, lulur ataupun mangir, handbody lotion, bedak atau talk,
parfum dan aftershave; dan (3) seri perawatan rambut, terdiri dari
shampo, shampo anti ketombe, pengeriting rambut, krim creambath, tonik
atau cairan penyubur rambut, cat rambut dan lain-lain. Budiman (dalam Murti,
2003) mengatakan bahwa, banyak konsumen yang memanfaatkan produk kosmetik untuk
tujuan keindahan dan menutupi kekurangan diri. Setiap orang, terutama
perempuan, tentu ingin selalu tampil cantik. Tidak heran jika beberapa langkah
dilakukan demi meraih dambaannya tersebut. Salah satunya adalah dengan
menggunakan produk kosmetik. Fase remaja merupakan fase dimana pola konsumsi
seseorang terbentuk. Pengakuan dari masyarakat dan lingkungan seolah-olah menjadi
jaminan hidup yang harus diperebutkan pada diri remaja khususnya remaja putri. Pada
akhirnya mereka terjebak dengan pola konsumtif yang mengantarkan para remaja putri
kedalam sikap hedonis atau keduniawian (Tambunan, 2001). Berdasarkan pengertian
yang dijelaskan, dapat dikatakan bahwa, remaja putri mempunyai kecenderungan
untuk menjadi pasar yang potensial bagi para produsen untuk memasarkan
produk-produk mereka
E.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
pokok yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan nyata antara
aktivitas membaca majalah wanita dengan tingkat penggunaan produk kosmetik oleh
remaja putri”. Selain hipotesis pokok dalam peneitian ini juga ada hipotesis
nol yaitu “terdapat hubungan yang negatif antara aktivitas membaca majalah
wanita dengan tingkat penggunaan produk kosmetik oleh remaja putri.
F.
Kerangka Berpikir
Penjelasan diatas dapat dirangkai menjadi sebuah kerangka pemikiran yang
mengangkat tema mengenai hubungan antara aktivitas membaca majalah wanita
dengan tingkat penggunaan produk kosmetik oleh remaja putri. Kerangka pemikiran
ini dirancang untuk menerangkan bahwa karakteristik remaja yang dibagi menjadi
karakteristik internal dan karakteristik eksternal serta pola menonton membaca
iklan pada majalah wanita merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketertarikan
remaja putri untuk menggunakan kosmetik. Selanjutnya, ketertarikan akan
penggunaan kosmetik dapat mempengaruhi tingkat penggunaan produk kosmetik oleh
remaja putri.
Karakteristik internal remaja yang dilihat dalam penelitian ini adalah
usia, motif, daerah asal, dan uang saku. Usia dimasukkan dalam karakteristik
internal remaja putri dengan alasan perbedaan tingkat pengetahuan dan
pengalaman yang memungkinkan remaja putri berbeda dalam ketertarikannya
menggunakan produk kosmetik. Motif dimasukkan dalam karakteristik internal
remaja putri dengan alasan perbedaan kebutuhan remaja untuk membaca majalah
wanita yang dapat menyebabkan perbedaan penggunaan kosmetik. Daerah asal
dimasukkan dalam karakteristik internal remaja putri dengan alasan perbedaan
lingkungan sosial budaya yang akan berpengaruh keinginan untuk membaca majalah.
Uang saku dimasukkan dalam karakteristik internal remaja putri dengan alasan
perbedaan jumlah uang yang dimiliki remaja putri dapat mempengaruhi minatnya
untuk membaca majalah wanita.
Karakteristik eksternal remaja yang dilihat dalam penelitian ini adalah
penghasilan orang tua. Penghasilan orang tua dimasukkan dalam karakteristik
eksternal remaja putri dengan alasan perbedaan jumlah uang yang dimiliki oleh
orang tua remaja putri akan berpengaruh terhadap konsumsi dan minat membaca
majalah wanita.
Pola membaca majalah wanita seperti frekuensi membaca dan lamanya membaca
dapat memiliki hubungan dengan ketertarikan penggunaan kosmetik. Frekuensi membaca
diduga dapat mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap ketertarikan remaja
putri menggunakan kosmetik. Lamanya membaca juga dapat mempengauhi ketertarikan
remaja putri dalam penggunaan produk kosmetik.
Ketertarikan penggunaan produk kosmetik pada remaja putri diukur melalui
beberapa pertanyaan seputar iklan di majalah wanita yang mewakili iklan
kosmetik yang ada, yaitu produk kosmetik perawatan wajah, perawatan rambut dan perawatan
tubuh. Pernyataan seputar iklan kosmetik pada majalah berisi tentang ketertarikan
akan penggunaan produk kosmetik dan kebutuhan serta kriterianya. Ketertarikan
penggunaan produk kosmetik pada remaja putri pada iklan majalah dianggap
mempunyai hubungan dengan tingkat penggunaan produk kosmetik pada remaja putri.
Ketertarikan penggunaan kosmetik dalam iklan majalah juga sangat dipengaruhi
oleh jenis majalah yang dibacanya.
Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Aktivitas Membaca
Majalah Wanita dengan Tingkat Penggunan Produk Kosmetik Oleh Remaja Putri
![]() |

G.
Metode
a
Jenis
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
suatu populasi dan menggunakan kuisioner, serta studi pustaka sebagai alat
pengumpulan data.
b
Lokasi
Penelitian
dilakukan di FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pemilihan lokasi
ini dilakukan dengan sengaja (purposive) mengingat efisiensi biaya, jarak, akses
dan waktu dari peneliti. Selain itu, pemilihan responden remaja putri Mahasiswa
FISIP Komunikasi UNS dilakukan karena dianggap mampu mewakili mahasiswa putri
lainnya yang tengah mengenyam pendidikan di tingkat sarjana lainnya. Pemilihan
responden adalah remaja usia mahasiswa dengan pertimbangan bahwa masa remaja
merupakan masa transisi menuju dewasa, dimana pada masa ini merupakan tahap
paling puncak dan menonjol dalam proses perkembangan remaja yang mudah
terpengaruh oleh lingkungan. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga ingin
dilihat sejauh mana ketertarikan remaja putri terhadapa tingkat penggunaan
kosmetik yang ditampilkan dalam iklan kosmetik di majalah wanita
mempengaruhi remaja putri dalam menggunakan produk kosmetik.
c
Populasi Sampling
Populasi
dari penelitian ini adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS. Pemilihan populasi
adalah berdasarkan pertimbangan bahwa lingkungan kampus sebagai lingkungan
sosial dan tempat interaksi mereka (setelah lingkungan rumah) sehari-hari.
Setelah responden ditentukan, selanjutnya dilakukan pengisian kuesioner agar
dapat diperoleh informasi yang lebih akurat. Pemilihan responden dalam
penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden dapat dengan mudah
ditemui dan tidak tersebar secara geografis.
Penarikan
responden dilakukan dengan Teknik Purposive
Sampling atau yang disebut juga dengan
Judgemental Sampling,
dimana responden diambil berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh peneliti
(Prasetyo dan Jannah, 2005). Kriteria responden
yang ditetapkan oleh peneliti adalah
responden yang berjenis kelamin perempuan dan
merupakan
siswi SMUN 1 Bogor tahun ajaran 2008/2009.
d
Definisi Konsep
e
Definisi Operasional Konsep
1. Usia
adalah umur responden yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai dengan
tahun 2012.
2. Motif
adalah alasan ataupun dorongan remaja putri untuk menonton televisi, yaitu
motif untuk mencari informasi, untuk mencari hiburan, dan untuk integrasi dan interaksi
sosial.
3. Daerah
asal adalah daerah dimana remaja putri tinggal atau dibesarkan
4. Uang
saku adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang diberikan oleh orang tua kepada
remaja putri untuk membiayai pengeluaran per bulan, seperti membeli makan,
membeli pulsa, jajan, membeli baju, iuran sekolah dan membeli perlengkapan
sekolah.
5. Penghasilan
orang tua adalah jumlah pendapatan (dalam rupiah) yang diterima orang tua setiap
bulannya, dari pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
6. Lamanya
menonton adalah seberapa lama seorang remaja putri menonton televisi dalam
waktu satu hari.
7. Frekuensi
menonton adalah seberapa sering atau berapa kali seorang remaja putri menonton televisi
dalam waktu satu hari.
8. Penggunaan
produk kosmetik oleh remaja putri adalah penggunaan produk kosmetik oleh remaja
putri setelah melihat iklan.
f
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
a Data
Primer
Kuisioner yaitu
sejumlah petanyaan tertulis yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari
responden yang sifatnya tertutup.
b
Data Sekunder
Studi Kepustakaan, yaitu
pengumpulan data yang bersumber dari buku literatur, hasil penelitian terdahulu,
dan berbagai dokumen, serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan kajian dan objek penelitian. Catatan yaitu dapat berupa hasil
riset dari berbagai jurnal dan artikel.
g
Analisis
H.
Keterbatasan Penelitian
Daftar Pustaka
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
0 komentar:
Posting Komentar