Sabtu, 07 Desember 2013

PERKEMBANGAN KOMUNIKASI POLITIK

PENDAHULUAN
Sejak adanya peradaban manusia, sejak saat itu juga komunikasi selalu menjadi bagian yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia. Pada awal pembahasan mengenai komunikasi, masih berada dalam lingkup yang sederhana. Seiring dengan perkembangan pola pikir manusia, maka para ilmuwan mulai menkaji dan mengarahkan perjatiaanya pada bidang komunikasi.
Hal ini bermula di wilayah Anglo Saxon yang mengintroduksi komunikasi sebagai kajian baru yang berada dalam rumpun sosial. Ilmu yang menekuni kajian ini disebut Science of Communication yang berkembang secara cepat pada perguruan-perguruan tinggi di Amerika Serikat. Kajian terhadap ilmu komunikasi tidak dapat mengisolasi dari pengaruh kajian ilmu sosial lainnya seperti, sosiologi, psikologi, antropologi, hukum dan ilmu politik.
Menggabungkan dua kajian ilmu yang berbeda antara ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya bukan menjadi suatu hal yang tidak mungkin. Disamping komunikasi sangat berdampingan dengan kehidupan manusia, pada hakikatnya setiap ilmu merupakan seperangkat simbol komunikasi yang ditransfer dari individu, kelompok atau masyarakat kepada individu lainnya.
Melihat hal tersebut, salah satu kajian yang menarik para ilmuwan adalah ilmu komunikasi yang lebih khususnya pada kajian terhadap ilmu komunikasi politik. Hal ini serupa dengan yang dilakukan di Amerika Serikat bahwa telah banyak teoritisi dan ilmuwan yang menghasilkan tulisan-tulisan ilmiah yang membahas tentang komunikasi politik ini, antara lain Dan Nimmo dalam judul Political Communication and Public Opinion in America. Stven H.Caffe dalam judul buku Political Communication; Issues and Strategies for Research, Michael H. Prosser dalam judul Intercommunication Among Nations and People, William L. Rivers dan rekan-rekan dalam judul Responsibility in Mass Communication, dan banyak lagi kajian-kajian para ilmuwan lainnya.
Kajian dalam ilmu komunikasi politik tidak hanya sebatas mengenai proses komunikasi yang didalamnya termuat pesan-pesan politik, tetapi juga pada bagaimana komunikasi dapat berlangsung dengan ideal dalam sistem politik pemerintahan. Proses komunikasi yang ideal adalah dimana dalam prosesnya senantiasa berlangsung timbale balik diantar para partisipan sehingga terdapat pergantian peran diantara partisipan.
Bahasan komunikasi politik tidak hanya sebatas dalam suatu sistem dalam negara, tetapi juga pada batas wilayah sistem luar negara, sehingga akan bertemu berbagai sistem dan akan saling mempegaruhi antara satu dengan lainnya. Hal ini sebagai akibat temuan teknologi canggih di bidang komunikasi. Kondisi ini yang kita kenal dengan sebutan era globalisasi.




















PEMBAHASAN
A.    Pengertian Komunikasi Politik
Studi komunikasi politik merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Dalam perkembangannya studi tentang komunikasi politik lebih mendapat perhatian oleh sarjana ilmu politik dibandingkan dengan sarjana ilmu komunikasi. Hal serupa juga diungkapkan Cangara bahwa di Indonesia pada awalnya perhatian untuk membicarakan komunikasi politik justru tumbuh di kalangan para sarjana ilmu politik daripada para sarjana ilmu komunikasi itu sendiri (Cangara, 2009:34).
Meskipun demikian ilmu komunikasi sudah banyak mengajarkan tentang politik meski masih belum fokus. Mark Roelofs mengatakan bahwa politik adalah pembicaraan atau lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara (Roelofs dalam Rakhmat, 1993:8).
Sejalan dengan perkembangannya, para ilmuan berusaha untuk memberikan definisi tentang komunikasi politik. Setiap ilmuan dalam mengkaji dan menjelaskan tentang studi komunikasi politik mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Soesanto mendefinisikan komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik (Astrid, S. Soesanto, 1980:2). Menelaah beberapa pandangan diatas maka dapat dikatakan bahwa kegiatan politik melibatkan komunikasi diantara beberapa orang yang terlibat didalamnya.
Berorientasi dari beberapa pandangan ilmuan tentang komunikasi politik dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan tidak mudah untuk mendefinisikan komunikasi politik. Berkaitan dengan semakin bertambahnya definisi komunikasi politik yang disebabkan karena perbedaan sudut pandang, maka secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan politik.
Kegiatan politik merupakan suatu interaksi atau dapat dikatakan adalah suatu kegiatan berkomunikasi antara orang-orang. Politik sangat berkaitan erat dengan apa yang disebut dengan komunikasi. Salah satu kajian penting dalam kegiatan politik yaitu bahwa semua kegiatan politik sangat berhubungan dengan komunikasi. All political action is a reaction to communication one of kind or another. There are, however, different levels and types of communication. Face-to-face communication is the most basic (Roskin, 1997:166)

B.     Perkembangan Komunikasi Politik
Pencapaian konsensus mengenai komunikasi politik sebagai suatu bidang studi terbagi dalam beberapa periode sejarah. Komunikasi politik menjadi sebuah disiplin ilmu sejak dibentuknya bidang komunikasi plitik oleh International Communication Association (ICA) dan American Political Science Association (ASPA) di awal tahun 70an. Karya tentang komunikasi politik sudah ada sejak zaman Aristoteles pada tahun 350 SM. Studi komunikasi mulai marak sejak Perang Dunia I.

Periode Klasik
Periode ini berlangsung dan berakhir pada tahun 1940-an. Pada periode ini hal utama yang menjadi bidang kajian adalah komunikasi politik yang berfokus pada kajian retorika. Istilah “komunikasi massa” yang sekarang ini kita kenal, pada periode ini dikenal dengan istilah “public opinion and propaganda”.
Retorika pada periode ini dinilai sebagai bidang kajian yang paling spektakuler. Tujuan retorika ini adalah untuk mempengaruhi masyarakat dalam bidang politik. Bidang kajian yang difokuskan pada retorika ini targetnya untuk menciptakan “pendapat umum”. Pada jaman Romawi, pendapat umum (public opinion) digunakan untuk membuat kebijakan, dan berpijak dari itu juga dalam periode ini public opinion juga sangat berpengaruh dalam pembuatan kebijakan publik. Berfokus pada kajian reotika ini membuat periode ini sering dijuluki “Ratu Dunia” yang bersumber dari pendapat umum.
Hal ini juga sudah tercermin dalam politik di Indonesia, dimana dalam prakteknya masih kurang transparan. Misalnya saja ketika ingin dibuat dan disahkannya kebijakan mengenai kenaikan BBM. Pemerintah dalam menentukan kebijakan tersebut akan dilaksanakan atau tidak bergantung pada pendapat umum masyarakat (public opinion). Dalam kebijakan mengenai kenaikan BBM tersebut sempat dibatalakan karena adanya aksi protes dari masyarakat yang merupakan salah satu cara mereka menyampaikan pendapat umum mereka.
Kenyataan yang terjadi, era sekarang ini masyarakat dalam menyampaikan public opinion menggunakan jalan yang salah. Sehingga justru akan menyebabkan kerusuhan yang merugikan banyak pihak baik materi maupun psikis.

Periode Sekitar Perang Dunia I dan II
Fase kedua dalam sejarah perkembangan Komunikasi Politik adalah periode yang berlangsung pada kurun waktu sesudah seperempat pertama abad ke-20 sampai dekade tahun 1950-an. Perkembangan Komunikasi Politik periode ini dibarengi dengan terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pihak-pihak antara poros Jerman dan Sekutu Amerika Serikat saling melemparkan propaganda dan perang urat syaraf (psywar).
Perang Dunia I terjadi antara kurun waktu tahun 1914 sampai 1918, dan Perang Dunia II terjadi sekitar tahun 1939 sampai 1945. Kajian Komunikasi Politik dalam perkembangan sekitar terjadinya Perang Dunia II banyak membahas mengenai propaganda dan perang urat syaraf, dimana akan ditekankan pada perilaku memilih dan pengaruh media massa terhadap keputusan memilih.
Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada Ilmu Politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan Propaganda. Hal ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmanyang meneliti tentang opini publik pada masyarakat, kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine, Byrce, dan Graha Wallas di Inggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik. Ketika Harold D Lasswell menulis disertasi Doktor tentang Propaganda Technique in the World War (1927). Praktek propaganda berkembang terutama menjelang perang dunia ke II ketika Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi dengan sukses. (http://muslih.tripod.com/index_Copy_3.html)
Propaganda sendiri diartikan sebagai manajemen pengendalian simbol-simbol verbal cenderung tidak atau kurang baik. Hal ini juga serupa dengan pendapat Lasswell dengan tulisannya “Propaganda technique in The Word War” menjelaskan propaganda didefinisikan sebagai “penggunaan simbol-simbol untuk mempengaruhi perilaku kontroversial”, propaganda sama dengan manipulasi perasaan manusia yang diperlukan baik pada masa perang maupun damai, propaganda merupakan salah satu instrumen dari empat pada  “instrumen utama kebijakan dalam perang dan damai”,tiga instrumen lainnya adalah diplomasi, senjata dan ekonomi (Hasbi, 2013).

Beberapa karya penting yang muncul pada periode ini antara lain:
1.      Propaganda Technique in The World War -- Harold D Lasswell (1927)
2.      The Fine Art or Propaganda -- Alfred McClung Lee dan Elissabeth B Lee (1939)
3.      Studi Efek Media – Hovland (metode eksperimen tahun 1943-1945)

Laswell memiliki ketertarikan pada kajian propaganda, pembentukan opini public, peran pemimpin politik dan analisis isi media. Berdasarkan ketertarikan Laswell dan fokusnya pada kajian komunikasi politik kemudia dia dijadikan sebagai salah satu bapak pendiri Ilmu Komunikasi Politik.

Periode Pasca Perang Dunia I dan Perang Dunia II
Dekade pasca ini berlangsung pada pertengahan dekade tahun 1950-an hingga awal 1970-an. Awal mula periode ini ditandai dengan adanya temuan riset bahwa media massa punya pengaruh terbatas (limited effect) terhadap sikap, keputusan dan perilaku. Beberapa ilmuan yang melakukan riset pada bidang kajian ini misalnya Paul Lazarfeld, Robert K Merton, Jopseph Keppler.
Para periset melakukan identifikasi adanya pengaruh komunikasi antarpribadi dalam pembentukan opini tentang pemilihan umum. Dapat dikatakan bahwa dalam periode ini studi komunikasi politik lebih berorientasi pada efek media, yang pada umumnya jangka pendek terhadap variable-variabel politik seperti: identifikasi individu terhadap partai politik, penilaian terhadap kandidat, politik dan perilaku memilih.
Wilbur Schram adalah tokoh penting dalam proses menjadikan ilmu komunikasi sebagai satu bidang ilmu dari ilmu sosial. Schram memberikan peran  dalam menngembangkan studi komunikasi sehingga studi tentang komunikasi menyebar di berbagai universitas di Amerika, dan memunculkan tokoh-tokoh seperti Paul J. Deutschman, Wayne Danielson, dan Steven H. Chaffe.
            Perkembangan dan penyebaran studi komunikasi politik di Amerika merupakan babak awal perkembangan studi Komunikasi Politik. Beberapa ilmuwan berusaha untuk merumuskan ruang lingkup kajian komunikasi politik. Empat orang yang dianggap sebagai Founding Fathers studi komunikasi politik di Amerika menurut Nasution (2012) yaitu:
1.      Harold D. Laswell dengan bukunya Propaganda Technique in The World War dan buku Politics: Who Gets What, When, How.
2.      Kurt Lewin dengan bukunya Action Research and Minority Problems dan Studies in Group Decision.
3.      Paul Lazarsfeld dengan bukunya The People’s Choice serta kajian yang dilakukan bersama McPhee dan Berelson Voting: a Study of Opinion Formations in a Presidential Campaign.
4.      Carl I. Hovland dengan bukunya Results from Studies of Attitude Change.

            Periode ini terbit karya penting yaitu buku “The Nerves Govermen: Models of Political Communication and Control” (Karld Dutch, 1963). Pada periode ini ditandai dengan terbitnya buku tersebut, istilah komunikasi politik menjadi pertama kalinya dipakai dalam kajian akademik yang membahs tentang gejala atau realitas komunikasi yang berkaitan dengan politik.
            Sejak tahun 1960an, peran komunikasi massa dalam komunikasi politik semakin dominan seiring dengan perkembangan pengaruh televise. Hal ini sedikit berbeda dengan era Laswwel yang dipertegas dengan pendapatnya Laswell (1958) bahwa media komunikasi massa yang masih dominan adalah media cetak seperti surat kabar, majalah, poster, serta media radio.



Pada periode ini juga berkembang beberapa pendekatan atau sistem, yaitu:
1.      Sistem approach, yaitu sistem dipertimbangkannya variable komunikasi dalam proses-proses politik atau komunikasi politik.
input
output
Proses rekrutmen caleg dan DPR
 


      

2.      Pendekatan kibernetik, yaitu analisis input-output dan konsep feed back
o Fungsi penganggaran
o Fungsi budget, dll
input
output
Caleg = artis
Hasil kerja
o Output: tidak begitu bisa diharapkan, banyak yang korupsi
o Input: yang begitu bagus ternyata tidak bisa menjamin outputnya.
 







3.      Pendekatan Fungsional, yaitu mengkaji tentang peran-peran yang dapat dimainkan oleh atau dengan komunikasi.
Pendekatan
Fungsional
komunikasi
Proses KomPol
1.    Komunikator
2.    Komunikan
3.    Pesan
4.    Feedback
5.    Saluran
6.    Gangguan
7.    Lingkungan
8.    Tujuan
9.    Efek
10. Encoding
11. decoding
 









Periode Sesudah Kwartil Ketiga Abad ke20
Periode keempat ini komunikasi politik berkembang sebagai sub disiplin ilmu, atau bisa disebut interdisipliner. Hal ini juga serupa dengan pendapat Ryfe bahwa teori komunikasi politik pada awalnya dibangun oleh tiga disiplin ilmu, yaitu psikologi sosial, komunikasi massa. Diantara ketiga disiplim ilmu tersebut psikologi yang paling berpengaruh.
Penelitian-penelitian awal tentang komunikasi politik dipengaruhi oleh psikologi sosial, Lasswell (1927) dengan studi propaganda politik hingga Handley Cantril & Gordon Allport’s (1935) dengan studi persuasi, Walter Lippman (1922) tentang opini publik.
Komunikasi politik bukan merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri, Dan Nimmo (1981) menegaskan bahwa “political communication as a field of inquiry is cross disciplinary“. Melihat asala kata dan pendapat Nimmo sudah jelas bahwa setidaknya komunikasi politik terdiri dari dua bidang ilmu, yaitu ilmu politik dan ilmu komunikasi. Secara lebih luas dapat komunikasi politik didasarkan dari beberapa disiplin ilmu lain. Komunikasi politik sebagai ilmu tidak memiliki batasan ilmu yang baku dari berbagai disiplin ilmu lainnya.
Sejalan dengan komunikasi politik sebagai ilmu yang interdispliner, kemudian muncul ragam pendekatan teoritik seperti agenda setting, framing, feminism, ekonomi, politik dan kritis.
o   Agenda setting            : digunakan untuk mengangkat isu-isu. Contohnya: Politik
                            yang menjadi agenda media dan agenda masyarakat
o   Framing             : digunakan untuk menyoroti isu. Contoh: menyoroti calon
                            gubernur yang tidak terkenal
o   Kritis                 : berawal dari teori Marx, media perpanjang tangan
                            kapitalisme dan hal ini lebih menuju ke sosialis.

Periode Sekarang (Awal Abad 21)
            Realitas komunikasi politik dalam periode ini semakin diteliti. Misalnya bukan hanya sebatas pada persoalan pemilu pendapat umum, konflik, dll. Namun juga diteliti terkait soal demokrasi, budaya pop, gender, etnisitas, multikulturalisme dan globalisasi.
            Pada Abad 21 politik mulai dilihat sebagai persaingan untuk memperoleh sumber daya yang terbatas. Bentley (1908/1967) berpandangan bahawa esensi politik adalah tindakan kelompok. Bentley membedakan kelompok berdasarkan kepentingannya, dan melihat bagaimana interkasi antar kelompok-kelompok tersebut. Ini dikenal juga dengan model pluralis. Selain Bentley ada David Truman (1951/1962) dan Robert Dahl (1956). Hal ini terkait dengan studi tentang pemilu dan kampanye.
            Periode ini ditandai dengan semakin atraktifnya kajian soal pemasaran politik. Dalam periode ini juga menhasilkan beberapa karya. Jame Curan (2002) Media and Power, mengupas soal keterkaitan demokrasi, perubahan sosial, tuntutan reformasi media terutama tv dan keterkaitan media massa dan demokrasi.

Studi Komunikasi Politik
Perkembangan ilmu komunikasi politik yang maju dan didasarkan pada interdisipliner, membuat bidang kajian dalam komunikasi politik semakin beragam. Tidak hanya sebatas pada pendapat umum, tetapi juga mengkaji peran media massa saat terjadi konflik. Melihat di era globalisasi ini, banyak sekali terjadi konflik dan media selalu memberikan peran bukan hanya sekedar peran serta dalam pemberitaan saja tetapi juga dalam penciptaan stigma-stigma dalam masyarakat yang disebabkan dengan adanya pemberitaan tersebut.
Jika kita berbicara soal komunikasi politik pasti akan sangat merujuk pada media sebagai chanel dalam melakukan komunikasi politik. Sekarang ini istilah kata Media dan Politik menjadi salah satu bahasan yang cukup menarik dan banyak dibicarakan oleh ilmuwan, banyak juga yang melakukan penelitian besarnya pengaruh media terhadap keberlangsungan politik.
Pengertian media adalah merupakan sarana masyarakat, pemerintah, partai politik, lembaga non-pemerintah, pressure group, dan lain sebagainya untuk saling berhubungan (atau berkomunikasi) satu sama lain, yang akhirnya mampu menciptakan kondisi demokrasi yang lebih baik. Contoh peran media massa di Indonesia yaitu media massa Indonesia senantiasa mengawal pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang pemberantasan korupsi – dengan cara terus meliput peristiwa kejahatan korupsi dan melakukan investigative report. Hal ini terlihat dalam jurnal Komunikasi Politik Dan Demokratisasi Di Indonesia: Dari Konsolidasi Menuju Pematangan. Dalam jurnal tersebut membahas mengenai peran media dalam proses komunikasi politik untuk menciptakan Indonesia demokratis yang matang.
Studi komunikasi Politik yang dijelaskan dalam jurnal tersebut bahwa dalam sistem politik demokrasi, media massa memainkan peran yang sangat penting sebagai instrumen public sphere. Untuk mendukung konsep public sphere tersebut mesti adanya kebebasan media atau pers (media freedom). Tidak ada negara demokratis, tanpa kebebasan media. Kebebasan media di negara demokrasi, seperti Indonesia, sangat membantu proses perkembangan konsolidasi demokrasi menuju pematangan demokrasi. Namun, kebebasan pers juga tetap mengedepankan pertanggungjawaban sosial atas isi pemberitaannya. Kebijakan pemerintah yang semakin kurang berpihak pada kebebasan pers tersebut akan membahayakan proses demokratisasi dan dikhawatirkan akan mengarah pada pemerintahan yang tak demokratis.
Hubungan media dengan sistem politik di Indonesia seperti yang dijelaskan dalam bagan Suwardi dalam Holik, 2005.











Dalam bahan tersebut terlihat jelas bahwa media sangat berperan dalam politik, sehingga tidak heran jika media dan komunikasi politik merupakan salah satu bidang kajian yang menarik dan muthakhir dalam perkembangannya. Bagan tersebut menjelaskan kedudukan media sebagai perantara politik kepada masyarakat. Media sangat berperan sekali dalam menetukan sistem politik yang ada di Indonesia.


KESIMPULAN
Perkembangan komunikasi politik khususnya di Indonesia telah mengalami perkembangan. Berawal dari sebelum terjadinya perang dunia I dan II hingga abad 21. Kajian ilmu politik tidak hanya sebatas membahas hubungan politik, tetapi lebih kepada kajian komunikasi. Salah satu studi komunikasi politik adalah dalam jurnal Komunikasi Politik Dan Demokratisasi Di Indonesia: Dari Konsolidasi Menuju Pematangan. Dalam jurnal tersebut membahas peran serta media dalam dunia perpolitikan. Saat ini politik dan media merupakan satu bahasan studi yang menarik dan banyak dibicarakan.
















DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, J. (1993). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Offest.
Roskin, M. (1977). Political Science An Introduction, Sixt Edition. New Jersey: Prentice - Hall.

Referensi Online
Sumarno. (1989). Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Bandung: PT Citra Ditya Bakti.Handayani. Komuniasi Politik: Suatu Pengantar. (http://muslih.tripod.com/index_Copy_3.html, diakses Senin 3 Juni 2013 pukul 07.55
Hasbi. Faruq. (Mei 2013 pukul 9.12 am). Komunikasi Politik. (online Blogger), http://nguluilmu.blogspot.com/2013/05/komunikasi-politik.html, diakses Senin 3 Juni 2013 pukul 11.00
Musfialdy, (Senin, 2 Agustus 2010). Sejarah Perkembangan Komunikasi Politik. (blogger). http://musfialdy.blogspot.com/2010/08/sejarah-perkembangan-komunikasi-politik.html, diakses Selasa, 4 Juni 2013, pukul 08.00
Nasution. Belli, 2012. Ppt: Komunikasi Politik. Pekanbaru.
Soleh, (14 Mret 2009). Ilmu Komunikasi Politik. (wordpress) (http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/14/ilmu-komunikasi-politik/, diakses Selasa 4 Juni 2013 pukul 08.15

Refensi Jurnal
Holik, I. (November 2001). Komunikasi Politik dan Demokratisasi di Indonesia: Dari Konsolidasi Menuju Pematangan. Jurnal Madani Edisi II , 56-74.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
Tambah Yuk
Widget by IB | Template Design

Artikel Terkait:

Widget by:IB | Template Design

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

Hidup dengan NILAI lebih
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design