Posted by Amatullah

Ngeblog Offline Tanpa Terhubung Ke Internet?

Mungkin teman-teman sudah pernah mendengar atau bahkan sudah tak asing lagi dengan Windows Live Writter, tapi saya yakin tidak menutup kemungkinan ada diantara pengunjung yang belum mengetahuinya

Ngeblog Offline
Posted by Amatullah

Cara Membuat Tab View Slide Versi 1

Caranya mudah saja hanya butuh ketelitian dan sedikit kesabaran karena kodenya cukup banyak dan panjang

Tab View Slide
Posted by Amatullah

Membuat menu tab view

Bagaimana cara membuat menu tab view sederhana seperti gambar disamping..

tab view sederhana

Kamis, 16 Januari 2014

RESUME MATERI KOMUNIKASI ORGANISASI


RESUME MATERI
A.    PENGERTIAN DAN HAKIKAT ORGANISASI
Pengertian Organisasi
Ada banyak sekali ahli yang menyatakan dan berpendapat mengenai definisi organisasi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
An organization is a system of consciously coordinated activities or efforts of two or more persons merupakan pendapat mengenai pengertian organisasi oleh Chester Barnard, seorang Management Consultant. Menurut pendapat diatas, organisasi merupakan serangkaian perencanaan formal, divisi, karyawan, dan kepemimpinan (Mukherjee, 2013:1).
Bedeian dan Zamnuto menyampaikan bahwa social entities that are goal directed, deliberately structured activity systems with a permeable boundary(Ibid).
Sheldon mengatakan bahwa “organization is the process of combining the work, which individuals and groups have to perform with the facilities necessary for its execution, that the duties so performed provide the best channels for the efficient, systematic, positive and coordinated application of the available efforts” (Kondalkar, 2007: 255)
Organisasi menurut Robbin, organisasi diartikan bahwa suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama (Robbin, 2001:4 dalam Furqon, 2013:1)
Dari beberapa pendapat diatas, apabila rirangkum menjadi satu, definisi organisasi adalah wadah yang memiliki sistem yang terbentuk dari dua atau lebih orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab dan diarahkan dengan kepemimpinan untuk mencapai tujuan bersama.

Hakikat Organisasi
Ada dua pendekatan menurut Pace dan Faules yang dapat digunakan untuk memahami organisasi, yaitu:
1. Pendekatan obyektif
Sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti, sesuatu yang stabil. Organisasi merupakan sesuatu yang nyata yang merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan. Jadi, menurut pendekatan obyektif, organisasi adalah struktur.
2. Pendekatan Subyektif
Kegiatan yang dilakukan orang-orang, terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transasksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus-menerus berubah dan dilakukan oleh satu orang dengan orang lainnya. Jadi, menurut pendekatan subyektif, organisasi adalah proses yakni mengorganisasikan perilaku.
Kesimpulannya, untuk memahami hakikat organisasi, kedua pendekatan baik obyektif dan subyektif bertujuan untuk mengetahui cara pandang terhadap organisasi. Dalam pandangan obyektif, hakikat organisasi merupakan struktur. Sedangkan dalam pandangan sebuyektif, hakikat organisasi adalah sebuah proses.









B.     PENGERTIAN DAN HAKIKAT KOMUNIKASI
Pengertian Komunikasi
Dalam berorganisasi, komunikasi merupakan elemen penting. Tanpa adanya komunikasi, sebuah organisasi hanyalah serangkaian manusia, alat-alat, dan proses yang tidak dapat bekerja sama. Pandangan beberapa ahli mengenai pengertian komunikasi antara lain menurut (Mulyana, 2008:68-69):

Carl I. Hovland
Proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).
Everett M. Rogers
Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka
Harold Laswell
‘Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect’ yang artinya, ‘Siapa berkata Apa dengan Saluran apa, Kepada Siapa dengan Efek apa’.

Pada umumnya, komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari seseorang (disebut komunikator) kepada orang lain (disebut komunikan) yang membuahkan efek dengan melalui saluran tertentu. Dibawah ini disajikan ilustrasi model untuk mempermudah memahami proses komunikasi:

Hakikat Komunikasi
Menurut Chairul Furqon dalam jurnalnya berjudul Hakikat Komunikasi Organisasi, hakikat komunikasi adalah fitrah manusia, selama manusia masih memiliki naluri rasa ingin tahu, dan ingin menyampaikan sesuatu kepada sesamanya, maka selama itu akan ada kegiatan komunikasi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 70% dari kegiatan manusia adalah berkomunikasi. Hal tersebut menyatakan bahwa sebagian besar waktu yang kita miliki sesungguhnya adalah berkomunikasi. Baik komunikasi secara verbal maupun non-verbal. Semakin kompleks kehidupan manusia, maka semakin sering komunikasi itu akan terjadi.
Memahami hakikat komunikasi, setidaknya ada 3 kerangka dasar menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot dan Kenneth K. Sereno serta Edward M. Bodaken (Mulyana, 2008:67-74), yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Mengisyaratkan penyampaian pesan dari seorang atau suatu lembaga kepada seseorang atau sekelompok lain baik secara langsung maupun melalui media. Sebenarnya jika dikaitkan dalam konteks komunikasi tatap-muka (interface communication) hal tersebut kurang sesuai karena antara komunikator-komunikan akan saling memberi umpanbalik sehingga bersifat dua arah. Namun jika dikaitkan pada pidato, maka hal ini sesuai.
2.      Komunikasi sebagai interaksi
Artinya, komunikasi merupakan kegiatan saling memengaruhi atau mutual influence.
3. Komunikasi sebagai transaksi
Pandangan ini menganggap bahwa komunikasi adalah sesuatu hal yang dinamis. Artinya ada timbal-balik yang berlangsung selama proses komunikasi.


C.    PENGERTIAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi sering dikaitkan dengan peranan dan status dari setiap orang dalam organisai karena peranan dan status seseorang menentukan pula cara bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain, juga cara bagaimana kita berkomunikasi dengan dia, oleh karena itu kitapun sering menghubungkan peran dan status dengan pekerjaan.
Dalam masyarakat modern, orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran dan status yang beragam. Di dalam organisasi, keragaman itu dilihat melalui pembagian kerja di mana setiap orang akan bekerja menurut bakat dan krmampuan sehingga dia bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin banyak, apalagi beragam, maka dibutuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda, jalinan antara seorang pemimpin dengan bawahan atau antara kalangan pemimpin yang pada akhirnya membentuk sebuah kekuatan besar yang sinergis untuk menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas. Pada tahap ini dibutuhkan komunikasi.
Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu ketika organisasi dianggap sekedar sekumpulan orang-orang berinteraksi maka komunikasi hanya berfungsi sebagai organisasi. Komunikasi tidak sekedar melayani organisasi, tapi dia adalah organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi organisasi akan berpusat pada symbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan, dan konstruk yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik.
Tulisan atau apapun yang berkaitan dengan komunikasi organisasi selalu mempertimbangkan dua konsep utama, yakni organisasi dan komunikasi. Suatu organisasi dapat didekati sebagai suatu obyek yang menyenangkan dan menarik, namun ada ayng mungkin sekali memandang organisasi sebagai sebuah penindasa. Sikap menyenangkan atau menindas itu sebenarnya sangat tergantung dari pemahaman dan praktek interaksi, relasi, dan transaksi yang terjadi antara manusia dalam organisasi, itulah yang kita sebut komunikasi organisasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi itu sebenarnya menekankan pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikais.
Dengan demikian komunikasi organisasi leboh daripada sekedar apa yang dilakukan orang-orang melainkan sebuah penjelasan teoritis atas praktek-praktek komunikasi dalam organisasi yang “melayani” kebersamaan baik dalam organisasi maupun melayani orang lain yang membutuhkan organisasi.
Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu membuat kita mampu membedakan dua hal yaitu :
1.      Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang organisatoris.
2.      Bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan mereka satu sama lain, jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human actors.
Dalam perspektif seperti ini maka komunikasi itu penting dalam organisasi, yakni komunikasi adalah sebagai jalan, melalui dia orang-orang mencari informasi dan mengembnagkan sejumlah kriteria dalam pekerjaan, serta komunikasi merupakan proses di mana mereka meletakkan mereka yang praktis.

Unsur Komunikasi Organisasi :
1.      Komunikator / Pengirim (pihak yang memprakarsai komunikasi)
2.      Encode (ing), yaitu aktivitas yang dilakukan seorang pengirim yang memformulasi pesan sedemikian rupa sehingga dengan menggunakan suatu lambang tertentu dia dapat mengoperkan pesan itu kepada komunikan.
3.      Saluran (media yang dilalui oleh pesan/symbol yang dikirim)
4.      Pesan / Simbol , berisi pikiran, idea tau gagasan , perasaan yang dikirim oleh seorang atasan kepada bawahannya selalu dalam bentuk symbol.
5.      Decode (ing), yaitu aktivitas yang dilakukan oleh seorang penerima informasi baik seorang pemimpin maupun sebaliknya yang memformulasikan sinyal, tanda, dan symbol yang dia terima ke dalam bentuk pesan yang berstruktur yang dapat dia pahami sebagai sebuah makna
6.      Komunikan / penerima, yaitu pihak yang menerima pesan tertentu.
7.      Gangguan (noise-interference), adalah segala seuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara pengirim dan pemerima.
Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi :
1.      Sebagai tindakan koordinasi
2.      Membagi informasi (information sharing)
3.      Untuk menampilkan perasaan dan emosi
Fungsi Komunikasi Organisasi
Fungsi Umum :
  1. To tell (menceritakan informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan).
  2. To sell (menjual gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan.
  3. To learn (meningkatkan kemampuan karyawan agar mereka bisa belajar tentang organisasi)
  4. To decide (memutuskan dan menentukan)

Fungsi Khusus :
1.      Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di sebuah “komando”.
2.      Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesama bagi peningkatan produk organisasi
3.      Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani keputusan-keputusan dalam keadaan yang ambigu dan tidak pasti.
D.    TEORI-TEORI ORGANISASI
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian organisasi dan hakikatnya. Pada tahap selanjutnya, akan dijelaskan secara rinci mengenai teorinya. Ada beberapa teori organisasi yang dikenal dan sering diaplikasikan.

Manajemen Ilmiah dan Klassik
Teori-teori ilmiah dan manajemen klasik merupakan teori yang diterapkan pada upaya awal untuk mengatasi kompleksitas organisasi abad kedua puluh. Tiga dari teori yang paling berpengaruh pada 1900-an adalah Frederick Taylor, seorang insinyur Amerika, Henry Fayol, seorang industrialis Perancis, dan Max Weber, seorang profesor universitas Jerman. Berikut adalah ulasan masing-masing di antaranya:
1.      Manajemen Ilmiah Taylor
Frederick Taylor prihatin terutama dengan studi ilmiah dan desain proses kerja. Sebagian besar dari prinsip-prinsipnya ditujukan pada masalah efisiensi kerja, dan ia juga menawarkan rekomendasi mengenai struktur organisasi dan proses. Pada dasarnya, Taylor (1947) mengajukan empat ide dasar, yakni sebagai berikut :
a.    Ada "satu cara terbaik" untuk mengatasi dalam hal pekerjaan apa pun. Cara terbaik dapat ditentukan melalui analisis ilmiah. Misalnya, untuk melakukan tugas secara efisien, hanya dibutuhkan waktu dan gerak yang singkat. Percobaan dapat menentukan kondisi kerja phisycal di mana produktivitas akan tertinggi.
b.    Personil harus dipilih secara ilmiah. Salah satu harus memilih dan menetapkan orang untuk tugas-tugas sesuai dengan keahlian atau potensi untuk mengembangkan keterampilan mereka.
c.    Para pekerja harus dilunasi secara insentif yang membayar mereka dalam proporsi langsung dengan pekerjaan yang mereka hasilkan. Pekerja akan menghasilkan lebih banyak jika mereka menyadari bahwa mereka akan dibayar sesuai.
d.   Buruh harus dibagi sehingga manajer merencanakan pekerjaan dan pekerja mengikuti rencana. Dalam skema Taylor, setiap aspek dari tugas apapun diawasi oleh "mandor fungsional" yang berbeda. Seorang pekerja diberikan atau menerima perintah dari salah satu atau semua mandor ini, tergantung pada karakteristik tugasnya.

2.      Manajemen Umum Fayol
Jika Taylor memfokuskan pada rincian teknis bagian produksinya, berbeda dengan Henry Fayol. Ia memfokuskan terutama pada prinsip-prinsip dasar struktur organisasi dan praktek manajemen. Fayol menawarkan empat belas prinsip dasar yang umumnya merupakan resep atau tips  untuk struktur dan desain organisasi :
a.    Pembagian kerja (division of work)
b.    Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
c.    Disiplin (discipline)
d.   Kesatuan perintah (unity of command)
e.    Kesatuan pengarahan (unity of direction)
f.     Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
g.    Pembayaran upah yang adil (renumeration)
h.    Pemusatan (centralization)
i.      Hirarki (hierarchy)
j.      Tata tertib (order)
k.    Keadilan (equity)
l.      Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
m.  Inisiatif (Inisiative)
n.    Semangat kesatuan (esprits de corps)

3.      Teori Birokrasi Weber
Max Weber meminjam istilah Perancis, “bureuaucracy”, sebagai label untuk konsep tentang organisasi modern yang ideal. Weber percaya bahwa kompleksitas organisasi di era industri diperlukan kecepatan, ketepatan, kepastian, dan kontinuitas. Kondisi ini dapat direalisasikan paling efektif jika desain organisasi adalah semaksimal mungkin. Menurut Weber (1947), mesin birokrasi harus memiliki enam fitur dasar:
a.       Hirarki kewenangan yang jelas
b.      Pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi
c.       Sebuah sistem yang lengkap dari aturan mengenai hak, tanggung jawab, dan tugas personil
d.      Prosedur lengkap untuk kinerja
e.       Impersonalitas dalam hubungan organisasi manusia
f.       Seleksi dan promosi personil semata-mata atas dasar kompetensi teknis
Teori Transisional
Jika teori-teori ilmiah dan klasik fokus lebih sempit seputar struktur organisasi dan desain pekerjaan, setidaknya dua teori transisional ditujukan konsentrasi yang lebih luas, termasuk kekuasaan digunakan, psikologi kepatuhan, variabilitas dalam perilaku anggota organisasi individu, dan pentingnya komunikasi dalam proses organisasi. Mary Parker Follet memperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1920.
Chester Barnard mengembangkan kedua pada 1930-an. Teori ini diidentifikasi sebagai teori transisi karena mereka termasuk ide-ide yang kembali dekade kemudian di berbagai bidang seperti teori pengembangan sumber daya manusia dan teori system.
1.        Teori Administrasi Follett
Dua konsep dasar dari teori Follett, yaitu:
a.       Prinsip saling memberikan respon. Interaksi manusia selalu mencakup pengaruh bersama dan simultan.
b.      Tujuan dari integrasi yaitu kondisi yang harmonis dari penggabungan hal-hal yang berbeda, yang menghasilkan bentuk baru, entitas baru.

2.      Fungsi Eksekutif Bernard
Fungsi Eksekutif dari Chester Barnard sebagai mantan Presiden New Jersey Bell Telephone dan pemimpin National Science Foundation, Barnard merasa bahwa teori-teori klasik mengenai organisasi telah gagal dalam menjelaskan perilaku organisasi yang telah ia alami sebelumnya. Barnard kemudian mengajukan tiga area untuk menutupi kekurangan pada teori-teori klasik, yaitu perilaku individu, pemenuhan (compliance), dan komunikasi (Daniels, Spiker, dan Papa, 1997). Barnard mengatakan bahwan organisasi adalah sistem orang, bukan struktur struktur yang diawasi dengan mesin.
Menurut Barnard, keberadaan sebuah organisasi (sebagai sistem kooperatif) tergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan mereka untuk melayani dan berusaha untuk suatu tujuan bersama. Oleh karena itu, fungsi eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara sistem komunikasi (Pace & Faules, 1994).








E.     INDIVIDU DALAM ORANISASI
Perilaku hakikatnya adalah suatu fungsi dari interakasi antara seorang individu dengan lingkungannya. Dilihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disesbabkan karena perbedaan kemampuan, kebutuhan, dan cara berpikir dimana hal itu menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi setiap orang.
Adapun pendekatan yang digunakan untuk memahami perilaku manusia adalah pendekatan kognitif, rainforcement, dan psikoanalitis. Setiap pendekatan tersebut memiliki 6 hal yang menjadi acuan bahasannya yaitu penekanan, penyebab timbulnya perilauk, prosesnya, kepentingan masa lalu dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.      Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan komunikasi dengan diri sendiri. Persepsi individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih banyak daripada pertimbangan mengenai lingkungan itu sendiri.
Pendekatan reinforcement menekankan kepada peranan lingkungan dalam perilkau manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat reaksi – reaksi perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas dalam menentukan suatu perilaku individu di dalam lingkungan organisasi. Menurut Sigmund Freud, ingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan-keinginan Id.

2.      Penyebab Timbulnya Perilaku
Dalam pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidaksesuaian pada struktur kognitif yang dapat dihasilkan dari persepsi-persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil suatu perilaku sebelumnya.
Adapun menurut pendejatan psikoanalitis, sebuah perilaku ditimbulkan oleh tekanan-tekannan yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan-keinginan yang berasal dari Id.

3.      Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang menyempurnakan dan disempurnakan struktur kognitif yang ada. Akibat adanya ketidaksesuaian di dalam struktur sebuah organisasi, akan menghasilkan sebuah perilaku yang diharapkan dapat mengurangi ketidaksesuasian tersebut.
Dalam pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam individu mengundang suatu respon yang dittentukan oleh keturunan dan sejarah masa lalu. Sifat dan reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan kecenderungan-kecenderungan perilaku individu di masa mendatang.
Dalam pendekatan Psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan oleh ID, kemuduan diproses dan dikerjakan oleh Ego dan di bawah pengamatan Superego. Hasil-hasil perilaku dari keputusan Ego adalah tentang bagaimana memuaskan keinginan Id dan hambatan dari Superego.

4.      Kepentingan Masa Lalu dalam Menentukan Perilaku
Menurut pendekatan Psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadi suatu penentu yang relatif penting untuk menentukan perilakunya. Sifat Id, Superego, dan kekuatan Ego akan ditentukan oleh interaksi-interaksi dan pengembangan yang dimiliki individu di masa lalu.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu. Pengalaman masa lalu hanya menentukan struktur kognitif seorang individu saja. Adapun perilaku merupakan suatu pernyataan dari sistem kognitif seseorang, dengan tanpa memperhatikan bagaimana pernyataan-pernyataan tersebut bisa masuk ke dalam sistem tersebut.
Pendekatan reinforcement adalah pendekatan yang bersifat historis. Suatu respon seseorang pada stimulus tertentu merupakan suatu refleksi atas sejarah masa lalu lingkungannya.

5.      Tingkat Kesadaran
Dalam lpendekatan kognitif, memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, akan tetapi kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir, dan memahami akan dipertimbangkan dalam pendekatan ini.
Reinforcement tidak membedakan secara spesifik antara keadaan seseorang yang sadar dan tidak sadar. Dalam kenyataannya, biasanya aktivitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lainperilaku dan tidak dihubungkan dengan faktor eksternal lainnya.
Menurut pendekatan Psikoanalitis, hampir sebagian besar aktivitas mental adalah tidak sadar. Menurutnya, aktivitas tidak sadar Id dan Superegolah yang akan menentukan terbentuknya perilaku seorang individu.

6.      Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian, dan pengharapan seseorang dikumpulkan lewat kegiatan survey. Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik dan dapat diamati melalui observasi langsung.
Sedangkan pendekatan Psikoanalits menggunakan data ekspresi dari keinginan-keinginan, harapan-harapan, dan bukti penekanan dan penghambatnya melalui analisis mimpi, asosiasi bebas, dan juga hipnotos.




F.     PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
Manusia sebagai makhluk sosial  senantiasa memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Membentuk kelompok merupakan perwujudan dari kebutuhan interkasi setiap individu.
Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai asal usul terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan kedekatan ruang kerja maupun daerah tempat tinggal mereka, sampai pada alasan-alasan praktis seperti ekonomi, keamanan, dan alasan sosial lainnya. Sejumlah pekerja yang berdekatan ruang kerjanya memiliki kemungkinan untuk berkelompok. Kelompok dapat pula ditimbulkan karena adanya ativitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen di antara beberapa orang. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, maka semakin banyak kemungkinan saling menularkan aktivitas dan interaksi. Dalil ini dikemukakan oleh George C. Homans dalam bukunya The Human Group.
Alasan-alasan praktis ekonomi membuat sekelompok orang bergabung dalam suatu serikat buruh untuk menuntut kenaikan upah, juga memacu orang-orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap, bergabung bekerja dalam proyek. Demikian pula banyak alasan yang mendorong kelompok-kelompok dalam melakukan suatu hal tertentu.

Teori-teori Pembentukan Kelompok
No
Teori
Keterangan
1
Teori Propinquity

Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya.

2
Teori Interaksi
o   Teori ini dikembangkan oleh George Homans.
o   Teori ini didasarkan pada interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi).

3
Teori Keseimbangan
Seseorang tertarik kepada yang lain untuk membentuk kelompok karena didasarkan pada kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.

4
Teori Perkembangan
Teori ini ada korelasinya dengan teori motivasi dalam bekerja.
Teori ini didasarkan pada interaksi dan susunan hadiah – biaya – dan hasil.

5
Teori Alasan Praktis
Kelompok terbentuk karena didasarkan pada alasan praktis.
Alasan praktis tersebut dapat terkait sebagai akibat untuk merespon sebuah isu tertentu.
Alasan atau isu yang melandasi terbentuknya kelompok dapat berupa alasan ekonomi, keamanan, atau alasan sosial lainnya.



Jenis – jenis Kelompok
Kelompok didasarkan atas jenisnya dapat dibagi dua yaitu, kelompok formal dan kelompok informal.
1.      Kelompok Formal
Diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi tersebut. Tuntutan dan proses organisasi mengarah pada pembentukan jenis-jenis kelompok yang berbeda. Khususnya, timbul dua jenis kelompok formal, kelompok pimpinan/komando (command group) dan kelompok tugas (task).
a.              Kelompok Komando. Kelompok komando ditetapkan oleh bagan organisasi. Kelompok tersebut terdiri atas bawahan yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu. Hubungan wewenang antara seorang manajer departemen dengan para penyelia, atau antara seorang perawat senior dengan bawahannya adalah contoh dari kelompok komando.
b.             Kelompok Tugas. Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau projek tertentu. Sebagai contoh, aktivitas para pegawai administrasi dari suatu perusahaan asuransi jika klaim suatu kecelakaan diajukan, adalah tugas-tugas yang diwajibkan. Aktivitas ini menciptakan suatu situasi di mana beberapa pegawai administrasi harus berkomunikasi dan berkoordinasi satu sama lain jika klaim tersebut ingin ditangani dengan pantas. Tugas-tugas yang diwajibkan dan interaksi tersebut memudahkan pembentukan suatu kelompok tugas.

2.      Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara alamiah dalam suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan social. Dengan kata lain kelompok informal tidak muncul sebagai hasil rencana yang disengaja tetapi berkembang secara agak alamiah. Ada dua jenis khusus kelompok informal : kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.
Kelompok Kepentingan. Individu-individu yang mungkin tidak menjadi anggota dari kelompok komando atau kelompok tugas yang sama dapat berafiliasi untuk mencapai beberapa sasaran bersama. Pengelompokan bersama para karyawan tersebut merupakan suatu kesatuan barisan menghadapi pimpinan untuk memperoleh manfaat lebih besar. Contoh dari kelompok kepentingan adalah para pelayan restoran atau hotel yang menghimpun semua tip yang mereka terima.
Kelompok Persahabatan. Banyak kelompok yang dibentuk karena para anggotanya mempunyai kebersamaan tentang suatu hal, seperti umur, keyakinan politik, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini sering memperluas interaksi dan komunikasi mereka dalam berbagai aktivitas di luar kerja. Perbedaan yang utama antara kedua kelompok itu adalah bahwa kelompok formal (komando dan tugas) dirancang oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai sasaran, sedangkan kelompok informal (kepentingan dan persahabatan) adalah penting bagi kepentingannya sendiri. Mereka memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk berhimpun.

Tahap Perkembangan Kelompok :

Description: http://2.bp.blogspot.com/-WS85V_0yvnY/UYfHlk55NWI/AAAAAAAAABE/3nq550rMB58/s400/buatan+sendiri.png

Tahap Pembentukan (forming)
Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.


Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)
Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.

Tahap Performing (Berkinerja)
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok  telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.

Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)
Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok -  kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

Kebanyakan orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin benar. Di bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk menemukan situasi di mana kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan lebih baik dibandingkan mereka yang berada pada Tahap III dan IV.
Dengan cara serupa, kelompok – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang mengalami konflik dan tampilan waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi, pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap IV selalu yang paling diinginkan.
Masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah pesawat terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling mengenal yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi sebuah kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat yang melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan aturan, definisi, tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya, memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan model lima tahap.


G.    PERFORMANCE ORGANISASI
Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja organisasinya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan dalam untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 2002). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai organisasi.
Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya, untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk meraih keuntungan tersebut.
Indikator Kinerja Organisasi
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran/tujuan ( Bastian 2001 : 33 dalam buku manajemen publik) yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini :
1.      Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2.      Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3.      Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
4.      Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Dalam pembahasan kinerja organisasi selalu dibicarakan dan dibedakan mengenai organisasi privat dan organisasi publik. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi antara privat dan publik pun secara khusus juga dapat dikatakan berbeda. Untuk membedakan suatu organisasi tertentu adalah organisasi privat atau organisasi publik juga ada indikatornya.
Ada 3 indikator yang umumnya digunakan sebagai ukuran sejauh mana kinerja organisasi berorientasi keuntungan (profit oriented), (Bastian, 2001 : 335–336 dalam buku manajemen publik) adalah sebagai berikut :
1.      Efektifitas adalah hubungan antara input dan output dimana penggunaan barang dan jasa dibeli oleh organisasi untuk mencapai output tertentu.
2.      Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input, dimana pembelian barang dan jasa dilakukan pada kualitas yang diinginkan dan harga terbaik yang dimungkinkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun swasta. Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005 : 180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:
  1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut.
  2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
  3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.
  4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
  5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi.
  6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lainnya.

H.    BUDAYA KERJA
Dalam buku Wacana Komunikas Organisasi, Alo Liliweri(2004: 323) menjelaskan budaya organisasi adalah suatu budaya yang dimiliki oleh organisasi, budaya merupakan faktor yang memberikan spirit bagi organisasi dan membedakannya dengan organisasi lain.  Beliau juga menyebutkan pentingnya budaya dalam organisasi yaitu (1) kebudayaan mempengaruhi perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok, (2) organisasi membentuk sebuah kebudayaan sendirikarena organisasi merupakan wadah kerjasama dan komunitas yang dibentuk oleh perilaku-perilaku manusia. Jadi budaya orgnisasi dapat dopandang sebagai budaya yang mengajarkan dan mewariskan perilaku atau aktivitas tertentu seseorang dalam organisasi, meliputi cara bekerja, menikmati kebebasan dalam organisasi, cara bekerjasama dan lain-lain.
Berikut ini Allo LiliwerI juga menjelaskan  beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli. Menurut Carbaught dalam Liliweri (2004:326) budaya organisasi merupakan metafora enting untuk menggambarkan norma, perasaan, dan pola-pola  aktivitas interaksi dari suatu kelompok.
Deal dan Kenedy dalam Grifin dalam Liliweri (2004:326)mengatakan bahwa budaya organisasi adalah cara bagaimana kita melakukan sesuatu disekeliling kita. Sementara itu, dukitup dari buku yang sama, Ivancevich dan Matteson mengemukakan bahwa budaya organisasi dapat dipandang sebagai :
1.      Suatu sistem kepercayaan yang dibagi diantara para anggota organisasi
2.      Kekuatan, keluasan, inti nilai yang dibagi
3.      Langkah bagikita untuk melakukan sesuatu disekeliling kita.
4.      Pemrograman kolektif dari berbagai gagasan.
5.      Pemahaman kolektif
6.      Seperangkat symbol, upavara dan mitos yang mengkmunikaskan nilai-nila utama dan keyakinan bagi organisasi (T.J Oeters dan R.H)
7.      Menurut Schein budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

Kusdi (2010), dalam bukunya Budaya Organisasi: Teori Peneltian dan Praktik mengemukakan beberapa pendapat ahli tentang budaya organisasi yaitu:
a.       Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.      Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c.       Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d.      Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e.       Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Hal yang disebutkan diatas merupakan budaya kotrol atau budaya merekayasa karena Para manajer selalu mencari dan membuat perubahan kebudayaan atas organisasi berdasarkan kehendak mereka sendiri meyangkut bagaimana cara untuk mempengaruhi perilaku orang lain, perasaan orang lain dari dan dengan karyawan dalam organisasi.
Jadi , budaya organisasi juga berkaitan dengan manifestasi dari perilaku sosial dan pengalaman atas issu-issu seperti:
1.             Cara bekerja yang teorganisir dan berpengalaman.
2.             Bagaimana kewenangan dipakai dan didistribusikan
3.             Bagaimana orang merasa dia berada dalam organisasi dan merasa mendapat ganjaran, merasa diorganisasika dan dikontrol.
4.             Nilai-nilai kerja dan orientasi kerja dari staf
5.             Derajat formalisasi, standarisasi, dan kontrol melalui sistem yang ada dan akan ada.
6.             Nilai yang ada dalam perencanaan, analisis, logis, dan adil
7.             Bagaimana sedikit inisisatif diajukan, mengambil resiko ruang lingkup individual mengekspresikan dirinya.
8.             Atauran dan harapan tentang segala sesuaatu yang bersifat informal dalam relasi antar pribadi, tamplan pribadi, dan lain-lain
9.              Diferensiasi status
10.          Penekanan atas aturan, prosedur
11.          Spesifikasi tampilan dan tim kerja.

Budaya Organisasi, Antara Model Dan Jenis.
1)             Memodelkan budaya organisasi
Alo Liliweri (2004:239) menjelaskan bahwa terdapat beberapa Variasi model budaya organisasi meliputi:
a.              Rensis Likert – menurut Likert  budaya oranisasi tergantung kepada praktek kepemimpinan  yang ada diatas sebuah skala mulai dari otokratis, otokratis yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif dalam organisasi.
b.             Henry Mitzberg – Menampilkan stuktur sederhana, birokrasi mesian, sistem devisi, birokrasi, professional dan adhorkrasi
c.              Roger Harrison – menampilkan budaya organisasi dalam kekuasaan, peran, budaya personal, dan tugas dalam organisasi
d.             Peddler, dkk, - the Learning Organization

2)             Jenis Budaya Organisasi
Menurut Harrison dalam Liliweri (2009: 239) budaya dapat diklasifikasikan menjadi:
1.          Power Culture (Budaya kekuasaan), berhubungan dengan figure sentral yang ada pada organisasi. Letak kontrol yang besar pada organisasi.  Hal-hal yang menonjol dari budaya ini adalah:
a.       Organisasi nampak kuat, luwes, dan dinamis, terlihat dari reaksi yang cepat terhadap jawaban kebutuhan dari luar
b.      Dapat menghasilkan ketidakpuasan dalam karyawan karena organisasi terlalu berpusat pada kedudukan yang tinggi.
c.       Organisasi sangat tergantung pada kemampuan dan keputusan kekuasaan  sentral, ini sangatlemah kalau organisasi memiliki tantangan hebat. Padahal koordinasi sangat dibutuhkan disaat organisasi bertumbuh makin besar dan rumit sehingga membutuhkan pembagian kerja yang bersifat devisional.
2.              Role Culture (Budaya Peran)
a)             Budaya terpusat pada pembagian kerja berdasarkan kerangka logis, rasional dan tanggung jawab, sesuai peran/jabatan masing-masing individu didalam sebuah organisasi. Koordinasi menjadi kunci dalam sistim kerja budaya peran, berhibungan erat dengan teori jaringan kerja birokras dari Max Webber. Efisiensi kerja ditentukan oleh alokasi rasionaldan kesadaran tampilan dari tanggung jawab yang sudah didefinisikan. Hal yang menonjol dari budaya peran adalah:
1)      Mengutamakan skala ekonomi dari pada fleksiblitas
2)      Spesialisasi dianggap penting dari pada inovasi atau keuntungan sebuah produk
3)      Berkembang di lingkungan yang relative stabil

3.              Task (Project Team) Culture (budaya tugas, tim proyek)
Asumsi dasar mengenai budaya tugas didasarkan bahwa adanya pandangan bahwa budaya merupakan sebuah jaringan kerja, yang medeteksi adanya sel-sel yang berinteraksi satu sama lain. Menurut pandangan modern, Organisasi juga harus dipandang sebagai:
a.              Jaringan kerja organisasi (network organization) → Organisasi terdiri dari beberapa unit kecil yang bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang besar
b.             Jarngn membentuk maktriks organisasi yang berorientasi pada pengerjaan proyek yang diliputi dengan peubahan tim kerja berdasarkan jadwal tertentu,

4.             Personal culture (budaya personal)

Pendekatan Budaya Organisasi
Pendekatan Teoritis
Ssecara teoritis, budaya organisasi merupakan ilmu interdisipliner, gabungan dari beberapa ilmu seperti sosiologi yang digunakan untuk melihat perlaku individu dan kelompok, psikologi sosial yang digunakan untuk melihat budaya organisasi melalui eranan individu dalam orgnisasi, sejauh mana pengaruh sosial dalam pembentukan keinginan dan kebutuhan, persepsi dan sikap, perilaku kelompok, dan lain;lain. Sedangkan ekomoni mengajarkan untuk mengenal budaya organisasi dalam menentukan produktivitas dan kkonsumen dari organisasi, keuntungan dan kerugian organisasi secara material dan financial, dan lain sebaginya. Dalam table 1 akan dijelaskan beberapa konribusi disiplin ilmu dalam budaya organisasi
Tabel 1.
Kontribusi Dan Ruang Lingkup Serta Metode Studi Budaya Organisasi
Kontribusi
Ruang Lingkup Studi
Metode Studi
·         Antropologi
1.        Kebudayaan manusia
2.        Nilai dan kepercayaan dalam masyarakat
1.    Dekripsi ringkas
2.    Wawancara dan pengamatan
·         Sosiologi
1.        Kategorisasi struktur sistem sosial
1.      Wawancara sistematik
2.      Pertanyaan
3.      Statistic
·         Psikologi sosial
1.        Menciptakan dan memanipulasi symbol
2.        Penggunaan sejarah
1.      Survey
2.      Pengamatan
3.      Statistic

·         Ekonomi
1.        Kondisi ekonomi suatu perusahaan
1. Statistic
2.  Pemodelan matematis

3.1  Model AGIL dari Talcot Parsons
Model ini dikenalkan oleh Talcot Parsons dalam salah satu teori fungsional. Dalam pandangan nya Parsons menilai bahwa:
1.      Setiap masyarakat hanya bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila ada keteraturan sosial (social ordres) yang bisa dipertahankan.
2.      Setiap masyarakat, agar bisa bertahan, harus menjalankan empat fungsi, dijalankan oleh empat subsistem yang berbeda.
a.       Fungsi menyesuaikan diri dengan ling yangkungan disebut dengan fungsi adaptasi. Fungsi ini dijalankan oleh subsistem ekonomi.
b.      Fungsi mencapai tujuan. Tujuan bersama yang telah dirumusakan menjadi arah segala kegiatan. Dijalankan oleh subsistem politik.
c.       Fungsi integrasi, yaitu setiap unsur dalam masyarakat harus terjalin dan tidak berlawanan. Dijalankan oleh subsistem hukum dan politik.
d.      Fungsi mempertahankan pola. Hubungan sosial yang dijalankan untuk mencapai tujuan harus dijalankan melalui hubungan sosial dengan cara menaati aturan dan nilai. Dijalankan oleh subsistem keluarga dan pendidikan.

Selanjutnya, berikut ini adalah sumbangan pandangan Talcot diatas yang diaplikasikan dalam studi budaya organisasi:
1)      setiap organisasi hanya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila ada keteraturan sosial yang bisa diertahankan, termasuk keteraturan sosial yang diperani oleh setiap unit dan satuan kerja dalam organisasi.
2)      Agar dapat  bertahan, organisasi harus mampu menjalankan empat fungsi yang dijalankan oleh empat subsistemyang berbeda.
a.       Fungsi menyesuaikan diri (adaptasi)
b.      Fungsi mencapai tujuan
c.       Fungsi integrasi
d.      Fungsi mempertahankan pola.
Berikut ini dibuat tabel untuk menunjukan pemikiran Parsons tersebut
Table 2
Table Pendekatan Budaya Organisasi Oleh Parsons
Adaptation (adaptasi)
Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Goal Attainment (pencapaian tujuan)
Kemampuan organisasi untuk mengartikulasikan dan mencapai tujuan sistem secara objektif
Integration  (integrasi)
Kemampuan organisasi untuk mengintergrasikan bagian-bagian yang berbeda dalam suatu sistem
Legitimacy
Kemampuan organisasi untuk mempertahankan organisasi agar dapat bertahan, dapat diterima, dan terus hidup.


Model Jaringan Dari Ouchi
Tabel 3.
Model Jaringan Dari Ouchi
Nilai budaya
Gambaran tentang perusahaan Jepang
Gambaran dalam Tipe Z dari perusahaan Amerika
Gambaran dalam tipikal perusahaan Amerika
Komitmen terhadap pekerja
Bekerja seumur hidup
Menjadi pekerja dalam jangka panjang
Menjadi pekerja dalam jangka pendek
Evaluasi
Lamban dan kualitatiff
Lamban dan kualitatiff
Cepat dan kuantutati
Karier
Sangat luas
Rata-rata luas
Sempit
Pengawasan
Implicit dan informal
Implicit dan informal
Eksplisit dan formal
Pengambilan keputusan
Kelompok dan konsesus
Kelompok dan konsesus
Individual

Tanggung jawab
Kelompok
Individual
Individual
Peduli terhadap orang lain
Menyeluruh
Menyeluruh
Sempit


Mode Peter Dan Waterman
Atribut dari perusahaan yang baik dari Peter dan Waterman ditunjukan pada table dibawah ini.


Tabel4.
Model Good Organization Dari Peter Dan Waterman
1.      Bebas untuk bertindak
2.      Tak perlu menunggu reaksi pelanggan
3.      Menyukai otonomi dan kewiraswastaan
4.      Suka produktivitas melalui orang lain
5.      Berpegang pada manajemen
6.      Bentuk sederhana, belajar dari staff
7.      Selalu berkelanjutan dan diorganisasikan


Pendekatan Dari Clifford Geertz Dan Michael Pacanowsky
Geertz Dan Michael Pacanowsky menggunakan pendekatan etnografi, yang mengasumsikan bahwa kebudayaan merupakan sebuah jarigan pertukaran makna antarmanusia. Mereka menggambarkan kebudayaan ibarat jarring laba-laba. Artinya siapa saja yang terikat dalam jaringan itu akan mengikuti jaringan itu. Mereka  berpendapat bahwa:
1.      Kebudayaan adalah metafora dari kehidupan organisasi.
2.      Oraganisasi ibarat mesin, seperti kehidupan organism sebagai otak atau bahkan seperti penjara.
3.      Ketertarikan kita dalam metafora organisasi itu dapat kita lihat dalam persahaan Jepang yang mengartikan budaya organisasi dalam beberapa makna:
a.       Bahwa lingkungan sekeliling organisasi turut menentukan kehidupan organisasi
b.      Image, karakter, dan iklim individual maupun kelomok dikontrol oleh organisasi.
c.       Pacanowsky berpendapatt bahwa kebudayatidak sekedar sesuatu  yang ada dalam organisasi tetapi segala sesuatu yang membuat organisasi itu berada.
d.      Oleh karena itu Geertz studi tentang organisasi studi yang bersifat soft science
Pancanowsky dan Putnam dalam Liliweri(2004:343)mengatakan bahwa organisasi adalah sebuah sistembudaya yang didalamnya terdapat nilai dan norma, ada kebiasaan, ada mores, dan ada aday istiadatnya. Peraga dibawah ini menunjukan hal tersebut:
 











Peraga diatas menunjukkan pandangan system yang membentuk budaya organisasi dimana ruang/fasilitas organisasi, nilai-nilai budaya masyarakat, norma, serta sikap para anggota organisasi acara-acara ritual masyarakat maupun organisasi dan peran histories organisasi organisasi merupakan masukan sistem.
Masukan itu dengan dukungan teknologi organisasi di proses sesuai dengan visi misi organisasi yang keluarannya berbentuk pola-pola Interaksi dan komunikasi dalam organisasi, pakaian (bentuk, jenis, ragam, maupun warna), pelbagai aturan organisasi hingga kepada bentuk-bentukganjara organisasi.

Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Rivai (2003: 430) budaya melakukan sejumlah fungsi dalam organisasi yaitu:
1)      Budaya mempunyai suatu peran suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi dengan organisasi yang lain.
2)      Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi
3)      Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang ebih luas daripada kepentingan individu
4)      Budaya itu meningkatkan kemantapansistem sosial
5)      Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan.

Tiga Elemen Dasar Budaya Organisasi
1.            Artifak (Artifacts)
             Artifak merupakan tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk dalam artifak adalah semua fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan Ketika seseorang memasuki sebuah kelompok dengan budaya yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak juga adalah produk yang tampak (visible products) dari organisasi seperti rancangan lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya dalam berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi, nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2.            Nilai-nilai yang diyakini (expoused values)
             Dalam organisasi terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan oleh tokoh-tokoh seperti pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi pegangan dalam menekankan ketidakpastian pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi didiskusikan dan didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan operasional mengenai perilaku dalam organisasi Hal-hal tersebut membentuk suatu kesadaran dan secara eksplisit diucapkan serta dilakukan karena telah berfungsi sebagai norma atau moral yang memandu anggota organisasi dalam menghadapi situasi tertentu dan melatih anggota Baru.
3.            Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
                         Merupakan asumsi-asumsi dasar yang telah ada sebelumnya (taken for granted) dan menjadi panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu permasalahan. Jika asumsi dasar dipegang teguh, maka anggota organisasi akan merumuskan perilaku berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar cenderung untuk tidak dipertentangkan atau diperdebatkan dan cenderung sangat sulit diubah.



I.       KEPEMIMPINAN
Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Kepemimpinan adalah kegiatan si pemimpin untuk mengarahkan tingkah laku orang lain menuju suatu tujuan tertentu.
Dalam kepemimpinan tidak ada azas-azas yang universal, yang nampak adalah bahwa proses-proses kepemimpinan dan pola-pola hubungan antar pemimpin dan yang dipimpin mempunyai ciri-ciri khas dalam setiap jenis kelompoknya.
Berikut ini merupakan beberapa fungsi penting dalam kepemimpinan organisasi:
1.      Pengembangan Imajinasi
Memiliki suatu visi yang dapat meneropong apa yang akan terjadi dan kemampuan melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi merupakan hal-hal yang penting jika seorang pemimpin hendak membawa pengikutnya ke arah yang dituju.
2.      Pengembangan Kepatuhan
Fungsi kedua dari kepemimpinan ialah tanggung jawab terhadap pengembangan kepatuhan kepada pemimpin dan kepada organisasi. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan rasa cinta, hormat, kepercayaan dan kesetiaan di hati para pengikut serta pengembangannya senantiasa, sehingga kekuatan kepemimpinan akan tumbuh pula. Seorang pemimpin yang bijaksana akan menunjukkan kepada kelompoknya bahwa ia selalu tenang setiap saat dan di setiap tempat. Penciptaan dan pengembangan kepatuhan anggota kelompok kepada pemimpin dan kepada organisasi merupakan fungsi yang jelas dari seorang yang konstruktif.
3.      Pemrakarsaan, Penggiatan, dan Pengawasan Rencana
Tugas pemimpin yang berada di puncak piramida organisasi ialah meprakarsai dan selanjutnya bertanggungjawab atas kemajuan rencana bagi realisasi tujuan tertentu. Kepemimpinan mengarahkan suatu kegiatan yang berencana dan selanjutnya bersiap-siap untuk melakukan rencana berikutnya. Melakukan perencanaan dan menciptakan teori sehubungan dengan perencanaan tersebut merupakan tahap-tahap kegiatan yang perlu dianjurkan oleh seorang pemimpin kepada anggota kelompoknya.
4.      Pelaksanaan Keputusan
Fungsi berikutnya adalah melaksanakan keputusan dengan bijaksana dan tepat. Suatu keputusan yang dianggap paling bijaksanan bisa menjadi beku sama sekali kalau waktu pelaksanaannya salah, sebaliknya keputusan yang kadarnya sedang-sedang saja bisa menimbulkan hasil yang menguntungkan bila timingnya tepat.
5.      Pengawasan
Fungsi selanjutnya setelah pelaksanaan keputusan adalah pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. Perintah-perintah yang jelas dan tenang harus diikuti pengawasan yang seksama. Jika terjadi kegagalan, pemimpin harus cepat dan tanggap untuk mengadakan perubahan yang memadai. Pada akhirnya jika tujuannya memang praktis, dan bila rencananya memang baik, tujuan akan dapat mudah tercapai dan keuntunganpun akan dapat diperoleh.
6.      Penganugerahan Tanda Penghargaan
Pemimpin yang bijaksana tidak akan menganggap pekerjaannya selesai sebelum ia mengucapkan terima kasih kepada anak buahnya yang setia yang telah membantu merealisasikan tujuan organisasinya. Untuk melaksanakan hal itu dengan sukses, diperlukan daftar nama-nama yang harus menerima pengakuan dari sang pemimpin. Fungsi dari penganugerahan tanda jasa ini adalah diterimanya kepercayaan oleh pimpinan dalam rangka merealisasikan tujuan.

Meskipun tidak mudah untuk menentukan sifat-sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, Dr. WA gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial telah menampilkan ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik, yang terdiri ada 3 hal di bawah ini:
1.      Persepsi Sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota lainnya dalam suatu organisasi. Kecakapan ini sangat dibuthkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama dibutuhkan pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai penyambung lidahdari anggota-anggota kelompoknya dan juga untuk melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan di dalam dan di luar kelompok.
2.      Kemampuan Berfikir Abstrak
Ini berarti pemimpin haruslah memiliki kecerdasan yang tinggi. Berbagai penelitian yang dilakukan dalam bidang kemiliteran dan industri menunjukkan bahwa para pemimpin kelompok memiliki kecakapan untuk berfikir secara abstrak yang lebih tinggi daripada rata-rata anggota kelompok yang mereka pimpin. Kecerdasan ini dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungang-kecenderungan kegiatan di dalam organisasi dan keadaan umum di luar organisasi dalam hubungannya dengan tujuan kelompok.
3.      Keseimbangan Emosional
Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan cita-cita dan alam perasaan serta penginte-grasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis. Kematangan emosional ini diperlukan oleh pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota organisasi dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan sukses.


J.      ALUR KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan kegiatan intern di dalam organisasi, akan tetapi perlu diketahui bahwa alam prakteknya kegiatan komunikasi dalam organisasi itu dapat melampaui batas organisasi itu sendiri.
Pemimpin organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat, oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. untuk mencapai tujuan organisasi, seorang manajer harus mampu berkomunikasi dengan karyawan di semua bidang dan tingkat. Seberapa pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi akan  terlihat dari daftar di bawah ini:
1.      Menimbulkan rasa loyalitas dan kesetiakawanan dalam organisasi
2.      Meningkatkan motivasi kerja pegawai
3.      Semua informasi yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh
4.      Meningkatkan rasa tanggungjawab semua pegawai
5.      Menimbulkan saling pengertian, semangat korp dan team work di antara pegawai

Komunikasi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari segi peninjauannya.
1.      Dari segi sifatnya dapat dibedakan menjadi:
a.       Komunikasi Lisan
adalah komunikasi yang melalui ucapan kata-kata atau kalimat, melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung (face to face) dan komunikasi lisan secara tidak langsung (melalui telepon, intercom, interpon).
b.      Komunikasi Tertulis
adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti) yang tertulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Media yang dipergunakan dibedakan menjadi dua macam, yaitu media tertulis intern (surat dinas,nota dinas, surat keputusan) dan media tertulis ekstern (surat kawat, selebaran, spanduk, majalah, surat kabar).
2.      Menurut arahnya, dibedakan menjadi:
a.       Komunikasi ke atas, adalah komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke atasan, atau dari suatu organisasi yang lebih rendah dengan satuan organisasi yang lebih tinggi. Jadi komunikasi ke atas dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari segi personifikasi dan dari segi ketatalembagaan.
b.      Komunikasi ke bawah. Dilihat dari personifikasinya, komunikasi ke bawah dalah komunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan. Dilihat dari segi ketatalembagaan, komunikasi ke bawah dalah komunikasi yang berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi kepada satuan organisasi yang ada di bawahnya. Jadi komunikasi ke bawah mengalir dari pimpinan kepada bawahan, dari tingkat manajemen puncak ke manajemen menengah, ke manajemen tingkat bawah terus megalir kepada para pekerja, melalui saluran hierarki.
c.       Komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi. Sedangkan secara ketatalembagaan, komunikasi horizontal adalah komunikasi antar satuan organisasi yang setingkat dalam suatu organisasi. Misalnya Biro Hukum dengan Biro Kepegawaian, dsb.
d.      Komunikasi satu arah adalh komunikasi yang tidak mendapat respon dari pihak penerima informasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak member tanggapan karena suatu hal, atau komunikator memang sengaja tidka member kesempatan kepada komunikan untuk memberikan tanggapan. Contohnya dalam organisasi adalah komando atau perintah dari pimpinan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pekerja. Komunikasi satu arah ini bersifat top down, cepat dan efisien, tetapi tidak memberikan kepuasan bagi komunikan, karena ada kesan otoriter dalam komunikasi ini.
e.       Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang berlangsung secara timbal balik, dimana komunikator mendapat respon dari pihak komunikan sehingga muncul saling pengertian di antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah meskipun berlangsung lambat namun dapat mengindari terjadinya kesalahpahaman sehingga dapat menciptakan situasi kerja yang akrab, penuh kekeluargaan dan demokratis.
3.      Menurut lawannya dapat dibedakan menjadi:
a.       Komunikasi satu lawan satu adalah komunikasi antar-pribadi. Komunikasi ini dapat terjadi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara seorang pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, dsb.
b.      Komunikasi satu lawan banyak adalah komunikasi antara seseorang dengan beberapa orang dalam suatu kelompok.
c.       Komunikasi banyak lawan satu adalah komunikasi kelompok dengan seseorang dalam suatu organisasi.
d.      Komunikasi kelompok lawan kelompok adalah komunikasi antara sekelompok pegawai atau karyawan dengan sekelompok pegawai atau karyawan yang lain. Komunikasi ini biasanya dalam rangka mendapatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kerja antar unit, antar stuan kerja dalam organisasi. Saluran media komunikasi yang dipergunakan bisa dalam bentuk rapat, lokakarya,dsb.
4.      Menurut keresmiannya, dibedakan menjadi:
a.       Komuniaksi formal adalah komunikasi yang terjadi di antara para anggota organisasi yang secara tegas diatur dan telah ditentukan dalam struktur organisasi. Komunikasi formal berkaitan erat dengan proses penyelenggaraan kerja dan bersumber dari perintah-perintah resmi, sehingga komunikasi formal mempunyai sanksi resmi. saluran media komunikasi yang dipergunakan bermacam-macam, yaitu perintah (lisan maupun tertulis), laporan, rapat, konferensi, saran, keluhan, surat tugas, dsb.
b.      Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organsasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditemukan dalam struktur organsasi. Komunikasi informasi bersifat tidak resmi dan terjaid melalui informasi dari mulut ke mulut sehingga di dalamnya terdapat keterangan-keterangan yang tidak resmi dan kurang obyektif kebenarannya. Saluran media komuniaksi yang dipergunakan biasanya melalui rantai kerumunan (cluster chain).


DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:
Bernard Kutner. Elements and Problems of Democratic Leadership dalam Alvin W.Gouldner, Studies in Leadership. Russel & Russel, Inc. New York. 1965.
Drs. Ig. Wursanto. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Andi Offset. Yogyakarta. 2001
Franklin S.Haiman, Ph.D. Group Leadership and Democratic Action, Houghton Miftin Company, Cambridge Massachusetts, 1951.
Kondalkar, V.G. 2007. “Organizational Behaviour”. New Delhi: New Age Internationa
Kusdi. 2010. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian, dan Praktik. Jakarta: Salemba Empat
Liliweri, A. (2004). Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Mulyana, Deddy. 2008. “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pace, R. Wayne, Faulers, Don F. 1994. Organizational Communication 3rd Ed. NewJersey: Prentice-Hall, Inc.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. 2007. Jakarta : Rajawali Press.
Tom D.Daniels, et.al (1997). Perspective on Organizational Communication. Boston: McGraw Hill.
Referensi Jurnal:
Furqon, Chairul. 2013. “Hakikat Komunikasi Organisasi
Mukherjee, Sumitava. 2013. “What Is An Organization?

Refernsi Online:
Anonim, “Prinsip manajemen”, Diakses melalui situs http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen pada pukul 20.05, Rabu, 25 Desember.
Achmadi, Indra. 2012. Kinerja Organisasi. Diakses melalui situs http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/kinerja-organisasi.html, pada tanggal 24 Desember 2013 pukul 15.15 WIB.

Paradigma dalam Teori Organisasi dan Implikasinya Pada Komunikasi Organisasi” https://www.academia.edu/3411614/Paradigma_Dalam_Teori_Organisasi_dan_Implikasinya_Pada_Komunikasi_Organisasi pada pukul 20.10, Rabu, 25 Desember.

Readmore.....
 

Mengenai Saya

Hidup dengan NILAI lebih
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design